BENGKULU, KOMPAS.COM - Deputi Gubernur Bank Indonesia
Ronald Waas menyebutkan kondisi perekonomian Indonesia pada 2017 dihadapkan
berbagai tantangan yang tidak ringan dan bisa mengejutkan, baik yang datang
dari eksternal maupun domestik.
Hal ini disampaikan Ronald Waas dalam Sertijab Kepala
Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu Bambang Himawan kepada Endang
Kurnia Saputra di Bengkulu, Rabu (2/10/2016).
"Kondisi perekonomian global saat ini cenderung bias ke
bawah, sebagai dampak pemulihan ekonomi global yang masih cenderung lambat dan
tidak merata," kata Ronald.
Ekonomi dunia yang semula diproyeksikan tumbuh 3,5 persen
harus dikoreksi menjadi 3 persen yang lebih rendah dibanding tahun lalu 3,1
persen.
Potensi bias ke bawah ini didorong oleh perkiraan pertumbuhan
ekonomi AS yang tidak sekuat proyeksi sebelumnya, dan ekonomi Tiongkok masih
mengalami perlambatan.
Kenaikan suku bungan Bank Sentral Amerika Serikat (Fed Fund
Rate) yang diperkirakan terjadi pada Desember 2016 turut menimbulkan
ketidakpastian di pasar dan mempengaruhi perkembangan ekonomi global.
Normalisasi kebijakan The Fed berpotensi memicu capital
outflows, sehingga dapat menimbulkan tekanan pasar keuangan di kawasan,
tak terkecuali Indonesia.
Sementara itu tantangan domestik Indonesia diwarnai dengan
pertumbuhan ekonomi yang melambat, defisit fiskal yang diperkirakan masih akan
besar, utang luar negeri mengalami kenaikan, serta pertumbhan kredit yang masih
rendah dengan diikuti risiko peningkatan kredit bermasalah (Non Performing
Loan).
Berdasarkan laporan Indeks Daya Saing Global 2016-2017
dirilis World Economic Forum (WEF), menunjukkan daya saing Indonesia merosot
dari peringkat 37 menjadi 41 dari 138 negara.
Kondisi ini menunjukkan Indonesia harus lebih keras lagi
untuk dapat bersaing dalam perekonomian dunia. Berkaca pada tantangan tersebut
BI mencanangkan bauran kebijakan yang mengutamakan stabilitas ekonomi untuk
mendukung pertumbuhan ekonomi.
Kebijakan BI senantiasa diarahkan untuk menciptakan kondisi
makroekonomi yang stabil, terutama pencapaian inflasi menuju sarana yang
ditetapkan, dan menunrunkan defisit transaksi berjalan.
"Peran kantor Bank Indonesia di wilayah perwakilan
sebagai mintra pemerintah semakin penting, terutama dalam memberikan masukan
tentang arah kebijakan pembangunan," paparnya.
Penulis
|
: Kontributor Bengkulu, Firmansyah
|
Editor
|
: Aprillia Ika
|
Sumber
:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar