Jumat, 31 Oktober 2014

Ilmu Budaya Dasar



Manusia dan Harapan


Setiap manusia pasti mempunyai harapan untuk menunjang kehidupannya kelak. Namun setiap individu pasti mempunyai harapannya masing-masing. Harapan berasal dari kata harap yang berarti keinginan supaya sesuatu terjadi, sehingga harapan merupakan sesuatu yang diinginkan agar dapat terjadi. Dengan demikian harapan ituadalah sesuatu yang menyangkut masa depan.

Manusia mana yang hidup di dunia ini tanpa mempunyai harapan. Setiap manusia mempunyai harapan. Sebuah harapan haruslah menjadi penyemangat untuk memjalani hidup di kemudian hari. Manusia yang tanpa harapan, berarti manusia itu mati dalam hidup. Orang yang akan meninggal sekalipun mempunyai harapan, biasanya berupa pesan-pesan kepada ahli warisnya. Harapan tersebut tergantung pada pengetahuan, pengalaman, lingkungan hidup, dan kemampuan masing-masing. Berhasil atau tidaknya suatu harapan tergantung pada usaha orang yang mempunyai harapan. Harapan harus berdasarkan kepercayaan, baik kepercayaan pada diri sendiri, maupun kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Agar harapan terwujud, maka perlu usaha dengan sungguh-sungguh. Manusia wajib selalu berdoa. Karena usaha dan doa merupakan dua hal yang tak dapat dipisahkan untuk terkabulnya sebuah harapan.






Pengertian Harapan

Harapan atau asa adalah bentuk dasar dari kepercayaan  atas sesuatu yang diinginkan akan didapatkan atau suatu kejadian akan berbuah kebaikan di waktu yang akan datang. Pada dasarnya harapan berbentuk abstrak, tidak nampak, namun diyakini bahkan terkadang, dibatin dan dijadikan sugesti agar dapat terwujud. Namun ada kalanya harapan tertumpu pada seseorang atau sesuatu. Pada praktiknya banyak orang mencoba menjadikan harapannya menjadi nyata dengan cara berdoa dan berusaha.

Beberapa pendapat menyatakan bahwa esensi harapan berbeda dengan “Berpikir Positif” yang merupakan salah satu cara terapi atau proses sistematis dalam psikologi untuk menangkal “Pikiran Negatif” atau “Berpikir Pesimis”.

Kalimat lain “Harapan Palsu” adalah kondisi dimana harapan dianggap tidak memiliki dasar kuat atau berdasarkan ‘Khayalan’ serta kesempatan harapan tersebut menjadi nyata sangatlah kecil.





Sebab Manusia Mempunyai Harapan

Menurut kodratnya manusia itu adalah mahluk sosial. Setiap lahir ke dunia langsung disambut dalam suatu interaksi hidup, yakni ditengah suatu keluarga atau sebagai anggota masyarakat. Tidak ada satu manusiapun yang luput dari interaksi hidup. Ditengah – tengah yang lainnya, seseorang dapat hidup dan berkembang baik fisik / jasmani maupun mental / spiritualnya. Ada dua hal yang mendorong orang hidup berinteraksi dengan manusia lain, yakni dorongan kodrat dan dorongan kebutuhan hidup.

Dorongan kodrat, ialah sifat, keadaan atau pembawaan alamiah yang sudah terjelma dalam diri manusia sejak manusia itu diciptakan oleh Tuhan. Misalnya menangis, bergembira, berpikir, berjalan, berkata, mempunyai keturunan dan sebagainya. Setiap manusia mempunyai kemampuan untuk itu semua. Dorongan kodrat menyebabkan manusia mempunyai keinginan atau harapan, misalnya menangis, tertawa, bergembira, dan sebagainya. Seperti halnya orang yang menonton Pertunjukan lawak, mereka ingin tertawa, pelawak juga mengharapkan agar penonton tertawa terbahak-bahak. Apabila penonton tidak tertawa, harapan kedua belah pihak gagal, justru sedihlah mereka.

Dorongan kebutuhan hidup, sudah kodratnya bahwa manusia mempunyai bermacam-macam kebutuhan hidup. Kebutuhan hidup itu pada garis besarnya dapat dibedakan atas kebutuhan jasmani dan kebutuhan rohani. Untuk memenuhi semua kebutuhan itu manusia bekerja sama dengan manusia lain. Hal ini disebabkan, kemampuan manusia sangat terbatas, baik kemampuan fisik/jasmaniah maupun kemampuan berpikirnya.

Menurut Abraham Maslow sesuai dengan kodratnya harapan manusia atau kebutuhan manusia itu ialah :

a)      Kelangsungan hidup (survival)

b)      Keamanan (safety)

c)      Hak dan kewajiban mencintai dan dicintai (be loving and love)

d)      Diakui linkungan (status)

e)      Perwujudan cita – cita (self actualization)




Kepercayaan

Kepercayaan berasal dari kata percaya, artinya mengakui atau meyakini akan kebenaran. Kepercayaan adalah hal-hal yang berhubungan dengan pengakuan atau keyakinan akan kebenaran. Ada beberapa kalimat yang dapat kita perhatikan :

Ia tidak percaya pada diri sendiri.

Saya tidak percaya ia berbuat seperti itu, berita itu kurang dapat dipercaya.

Bagaimana juga kita harus percaya kepada pemerintah.

Kita harus percaya akan nasehat – nasehat yang berasal dari Al-qur’an.

Dengan contoh berbagai kalimat diatas maka dapat ditarik kesimpulan, bahwa dasar kepercayaan itu adalah kebenaran.



Doa

Doa adalah sebuah sarana untuk tempat meminta, bersyukur, dan berkomunikasi kepada Tuhan Yang MahaEsa. Dalam berdoa kita memiliki hak istimewa untuk berbicara dan memohon kepada Tuhan Yang MahaKuasa. Hendaknya doa dipelajari dengan baik dan diterapkan dalam sisi kehidupan. Dengan melalui doa, berkatNya bisa mengalir pada kita, dan kita dapat memenangkan segala problematika yang sedang kita hadapi.

  


Berbagai Cara Untuk Mencapai Harapan

  •    Percaya Diri dan Optimis

Sebelum kita melakukan sesuatu (untuk mecapai harapan), kita harus percaya diri dan optimis. Maksudnya kita harus percaya pada kemampuan yang ada pada diri kita dan kita harus berpikir positif serta yakin bahwa harapan itu pasti tercapai. Kita tidak boleh berpikir pesimis dan takut mengambil resiko. Karena hal tersebut dapat menghambat kita untuk mencapai sebuah harapan.


  •   Berusaha dengan Sungguh-sungguh

Untuk mencapai sebuah harapan kita tidak bisa hanya tinggal diam. Kita diharuskan untuk berusaha dengan sungguh-sungguh. Maksudnya kita harus bekerja dengan ikhlas, bekerja keras sekuat tenaga, dan bekerja sebaik mungkin dan sepenuh hati. Jangan sampai kita ceroboh dalam melakukan sesuatu karena hal itu hanya akan sia-sia.

  •    Berdoa kepada Tuhan Yang MahaEsa

Dalam semua agama, pasti menganjurkan hambaNya untuk selalu berdoa kepada TuhanNya. Maka dari itu, setelah kita berusaha dengan maksimal, jangan lupa juga untuk berdoa. Karena Tuhan akan melihat dan mengabulkan doa hambaNya yang memang bersungguh-sungguh untuk menggapai apa yang benar-benar ingin dicapainya.


  •    Bertawakal kepada Tuhan Yang MahaEsa

Setelah berusaha dan berdoa, yang patut kita lakukan adalah tawakal. Artinya setelah kita berjuang dengan keras dan berdoa dengan ikhlas, kita harus mengembalikan semuanya kembali kepada Tuhan atau singkatnya berserah diri kepada Tuhan. Karena walaupun manusia punya rencana, tetap Tuhan yang berkehendak untuk menentukan apa yang akan kita dapatkan nantinya.






Perbedaan Harapan dan Cita-Cita

Cita-cita menurut definisi adalah keinginan, harapan, atau tujuan yang selalu ada dalam pikiran. Tidak ada orang hidup tanpa cita-cita, tanpa berbuat kebajikan, dan tanpa sikap hidup.

Cita-cita itu perasaan hati yang merupakan suatu keinginan yang ada dalam hati. Cita-cita yang merupakan bagian atau salah satu unsur dari pandangan hidup manusia, yaitu sesuatu yang ingin digapai oleh manusia melalui usaha. Sesuatu bisa disebut cita-cita apabila telah terjadi usaha untuk mewujudkan sesuatu yang dianggap cita-cita itu.

Jadi perbedaan harapan dengan cita-cita yaitu:

·         Cita-cita merupakan sesuatu yang diinginkan (harapan) yang belum tercapai.

·         Harapan adalah keinginan agar sesuatudapat terjadi.



Hal positif (+) yang dapat kita terapkan sehari-hari:

1.   Kesuksesan terbesar dalam hidup adalah mampu bangkit dari kegagalan.

2.     Cita-cita boleh saja tinggi dan jauh ke depan, namun langkah yang diperlukan untuk itu harus diterapkan sejak sekarang.

3.  Jangan takut terdorong oleh orang-orang yang lebih mampu dari kita. Karena dorongan tersebut akan memberi semangat untuk terus maju.

4.  Dengan memiliki keyakinan, keuletan, dan keberanian, tidak ada hal yang tidak berhasil dilakukan di dunia. Semua bisa menjadi mungkin dengan keyakinan pada diri sendiri dan Tuhan Yang MahaEsa.

5.    Setiap hari merupakan lembaran baru dalam hidup kita, setiap orang dan setiap hal yang ada di dalamnya merupakan kisah-kisah yang menarik.



Hal negatif (-) yang harus kita tinggalkan:

1.     Mengenang terus jasa yang sudah diberikan, melupakan kesalahan yang pernah dibuat.

2.     Mengingat dendam yang ada di dalam hati, melupakan budi baik yang pernah kita terima.

3.     Ragu-ragu dalam melakukan sesuatu.

4.     Meremehkan kemampuan sendiri.

5.     Berkeinginan yang berlebihan.






Sumber:











Tidak ada komentar:

Posting Komentar