Selasa, 04 Desember 2012

Makan Coklat Bikin Jago Matematika



INILAH.COM, Jakarta – Coklat selalu dikreditkan sebagai pengurang stres hingga risiko penyakit jantung. Namun, ada fakta lain mengenai coklat.
Menurut studi peneliti Northumbria University Inggris pada 2009, coklat bisa membantu orang mengerjakan matematika. Studi menunjukkan, orang bisa menghitung mundur lebih baik setelah mengkonsumsi coklat panas yang mengandung 500 mg flavanolsatau lima batang coklat.
Selain itu, antioksidan pada coklat bisa meningkatkan aliran darah ke otak. Studi lain menunjukkan, sedikit coklat hitam bisa mengubah tingkat protein C-reaktif yang berhubungan dengan peradangan di dalam tubuh.
“Pengaruh terbaik diperoleh ketika mengkonsumsi rata-rata 6,7 gram coklat per hari atau setara kotak kecil coklat dua atau tiga kali sepekan,” papar penulis utama studi Northumbria Romina di Giuseppe.
Selama beberapa tahun, studi juga menguak manfaat coklat bagi kesehatan. Menurut studi pada 44 ribu partisipan baru-baru ini, orang yang tiap pekan makan coklat, 22% lebih kebal stroke. Temuan ini dipresentasikan di pertemuan tahunan American Academy of Neurology di Toronto.
Meski coklat terbukti kaya antioksidan flavonoid yang bisa menangkal stroke, studi Sarah Sahib dari McMaster University, Kanada, mencatat, penelitian ‘lebih lanjut diperlukan untuk menentukan coklat benar-benar menurunkan risiko stroke, atau apakah orang bisa sehat cukup dengan makan coklat”.
Pada 2009, studi menemukan, orang yang dinilai sangat tertekan mengalami penurunan tingkat hormon stres setelah makan coklat tiap hari selama dua pekan. Di studi Nestle Research Center Swiss, 30 subyek makan 40 gram coklat hitam tiap hari.
Studi Sunil Kochhar ini menunjukkan, relawan mengalami ‘pengurangan kadar hormon stres dan normalisasi metabolik stres sistemik’ secara signifikan. Mungkin alasan ilmiah inilah yang membuat coklat disebut sebagai ‘makanan para dewa’ di Yunani. 

Jangan Kebiasaan Tidur di Sofa!


Sofa menjadi tempat favorit sebagian orang untuk tidur. Namun, sangat tidak dianjurkan untuk berlama-lama di sofa yang empuk dan nyaman itu.
Selain bentuknya tidak didesain untuk mendukung tulang belakang Anda, tanpa disadari sofa juga bisa menjadi agen kanker yang membahayakan nyawa.
Menurut peneliti dari University of California, Berkeley dan Duke University, bahan kimia flame retardant yang beracun di dalam sofa menempatkan Anda pada risiko tinggi perkembangan kanker.
Dari hasil penelitian diketahui sekitar 85 persen dari 104 sofa di Amerika yang diuji mengandung flame retardant yang dapat menjadi racun. Selain itu, peneliti juga menemukan 41 persen sofa mengandung chlorinated TDCPP dan 17 persen lainnya memiliki pentaBDE, bahan kimia yang dilarang penggunaannya di seluruh dunia.
Bahan beracun ini banyak terdapat di dalam busa sofa. Tanpa disadari, remah-remah busa sofa bisa dilepaskan di udara bergabung dengan debu di rumah.
Paparan flame retardant dapat menyebabkan gangguan hormon hingga risiko kanker yang sudah terbukti melalui ratusan penelitian sebelumnya baik pada manusia maupun kanker. Parahnya, ibu hamil terkena paparan pentaBDE dalam darahnya berisiko memiliki anak dengan berat badan rendah, IQ rendah hingga gangguan neurologis dan pertumbuhan anak.

Perang Apple Kontra Samsung

Inilah perang terbuka yang melibatkan dua perusahaan teknologi ultra-raksasa, khususnya yang memproduksi lebih dari separuh seluruh jumlah telepon seluler pintar dan tablet yang beredar di dunia ini. Namun sebenarnya genderang perang keduanya sudah ditabuh jauh sebelum tahun 2012.

Medio 2011, alih-alih bertarung di pasar, Apple mulai giat memerangi kompetitornya di pengadilan. Berawal dari sembilan gugatan, perang kemudian melebar menjadi lebih dari 50 kasus yang tersebar di banyak negara di dunia, melibatkan klaim kerugian miliaran dolar AS. 

Dari sekian banyak kasus itu, tudingan Apple kebanyakan terletak pada desain sejumlah produk Samsung yang dinilai meniru desain mereka. Desain yang dicontek antara lain adalah sudut berujung membulat, bezel di sisi gadget dan penampang bagian belakang.

Namun di antara banyak gugatan tersebut, yang paling menyedot perhatian adalah gugatan di Amerika Serikat. Pada pekan terakhir Agustus 2012, Pengadilan California memutuskan Samsung memang melanggar sejumlah hak paten Apple. Sebagai konsekuensinya, Samsung diharuskan membayar ganti rugi $1 miliar alias sekitar Rp9,6 triliun.

Sejumlah pihak bereaksi negatif terhadap keputusan pengadilan tersebut. Ada yang mempertanyakan kompetensi juri dalam menilai sengketa teknologi, ada juga yang menunjukkan bahwa desain yang dituduh mirip telah dipakai Samsung jauh sebelum kehadiran produk-produk Apple.

Selain itu, muncul juga sentimen nasionalisme. Pengadilan memenangkan Apple karena warga Amerika ingin melindungi produk negeri sendiri dan pasarnya dari serbuan Samsung (Korea Selatan).

Setelah putusan pengadilan itu, perang tidak lantas selesai. Selain Samsung yang melakukan banding dan menggugat balik, Apple juga mengajukan gugatan tambahan seperti permintaan agar delapan produk Samsung dilarang dijual di Amerika.

Meski kalah di Amerika, nasib Samsung di negara-negara lain tidak seburuk itu. Di Jepang, hakim memutuskan Samsung tidak melakukan pelanggaran. Pengadilan di Inggris juga menyatakanSamsung tidak menjiplak desain Apple walau ada beberapa kesamaan. Sementara di kandang Samsung, Korea Selatan, pengadilan memutuskan keduanya sama-sama melanggar hak paten.

Di akhir 2012 ini, perang Apple vs Samsung sedikit mereda, walau bukan berarti api pertempuran telah padam. Nyaris pasti, masih akan ada gugatan dan tuntutan ke pengadilan dari kedua kubu yang bakal menyita perhatian dunia.